PENDIDIKAN IBADAH

PENDIDIKAN IBADAH

Kamis, 10 Oktober 2013

Pendidikan Agama Bukan Formalitas, Sarana Ibadah Wajib ada di Sekolah

Selain mengacu pada nilai-nilai buaya luhur, Penidikan Nasional juga harus berlandaskan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sesuai sila pertama Pancasila. Manusia yang tercipta dari ruh, jasad, akal dan hati memiliki sikap untuk memilih di antara dua jalan, yakni kebaikan dan keburukan.
Namun, sifat dan sikap kebaikan tidak serta merta terlahir secara otomatis tanpa proses pembelajaran.
Untuk itu  pendidikan agama ,berperan menjadi jalan untuk memenuhi nilai-nilai kebangsaan agar peserta didik memiliki bekal rohani, pemahaman tentang adab dan akhlak.
Agama merupakan identitas keyakinan dan perwujudan kewajiban seseorang terhadap keberadaan Tuhan.
Agama juga berarti jalan hidup (way of life) yang mengantarkan manusia kepada  jalan yang benar atau tidak menyimpang.
Seseorang yang percaya kepada Tuhan, tentu tidak merasa sendirian, tapi selalu meyakini bahwa ada yang memberi perlindungan.
Begitu juga dengan pendidikan agama yang diterapkan dalam kehidupan yang memiliki banyak manfaat, tidak hanya dunia tapi juga akhirat.
Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga kepada orang lain.
Dalam hubungan vertikal (ketuhanan) manusia dibatasi oleh aturan dan ketentuan Tuhan sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Namun di samping interaksinya dengan Tuhan, manusia dalam hubungannya di lingkungan masyarakat atau negara juga dibatasi oleh peraturan (hukum) yang berlaku.
Hal ini ditujukan untuk menjaga perilaku manusia dari tindakan semena-mena.
Untuk meminimalisasi perilaku tersebut, diperlukan peran pendidikan untuk menstimulus pola pikir dan sikap manusia.
Pendidikan agama yang sudah diterapkan selama ini di sekolah-sekolah umum merupakan solusi diantara ketimpangan perilaku dan sikap.
Namun pendidikan formal agama saja tidak cukup.
Karena Agama, bukanlah teori-teori atau aturan yang terurai secara tekstual, tapi agama harus diaplikasikan oleh individu-individu baik dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Agama juga harus diikuti dengan keteladanan. Seorang guru yang mengajarkan muridnya untuk taat beribadah, sejatinya diawali dengan contoh dari guru tersebut.
Sebagai manusia yang beragama, kewajiban untuk menjalankan syariat adalah hal yang mutlak.
Karena selain memenuhi perintah Tuhan, ibadah juga berfungsi untuk memberikan ketenangan batin seperti yang tercantum dalam surat Ar-Rad ayat 28 yaitu ’’Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”.
Dalam hubungannya dengan Tuhan (hamblum minallah) manusia memerlukan ketenangan dalam menjalankan ibadah spiritual.
Karenanya ibadah yang menjadi kebutuhan asasi manusia juga harus difasilitasi oleh Negara seperti adanya tempat ibadah yang layak.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi nilai moral dan akhlak seharusnya memberikan kemudahan bagi para siswa dan guru untuk menjalankan kewajibannya dalam beragama.
Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim memiliki kewajiban rutin salah satunya menjalankan ibadah Sholat.
Untuk mengaplikasikan tuntutan agama tersebut, selayaknya setiap sekolah mengakomodir dengan mendirikan tempat ibadah seperti Masjid atau Musholla.
Masjid, selain berkedudukan sebagai tempat ibadah kaum muslim juga bisa dijadikan sebagai sentral kegiatan pendidikan keagamaan.
Kegiatan pesantren kilat, kajian keagamaan setelah dzuhur (kultum), tahsin (belajar baca Al-Qur’an) dan kegiatan mentoring siswa adalah beberapa contoh dari memanfaatkan masjid sebagai basis kekuatan pendidikan spiritual.
Adanya Masjid atau Musholla maka aktualisasi pendidikan keagamaan semakin mudah.
Sejatinya Masjid  sekolah tidak hanya berfungsi sebagai sarana ibadah.
Masjid juga bisa memiliki peran ’pejaga dan pembina’ moral siswa. Di Masjid sekolah, bisa dikembangkan berbagai kegiatan peningkatan wawasan keagamaan siswa.
Masjid juga bisa menjadi ajang sosialisasi antar peserta didik. Mereka bisa dilibatkan dalam kepengurusan Masjid.
Sehingga tidak hanya aspek spiritual yang dibangun tetapi sisi organisasi dan kepemimpinan diasah. (*) http://www.radar-bekasi.com/?p=24065

0 komentar:

Posting Komentar